Posted by hmiisipkhatulistiwa
|
MARYADI |
Mahasiswa merupakan kaum intelektual muda yang mempunya peran yang signifikan terhadap kemajuan bangsa, karena mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang harus menjadi garda terdepan terhadap kemajuan bangsa. Akan tetapi banyak pertanyaan yang mempertanyakan peran mahasiswa saat ini. Kenapa? Karena lebel sebagai intelektual muda yang katanya sebagai agent of change dan iron stock atau lainnya yang selalu ada di garda terdepan dengan gerakan-gerakan Massif dan Progresifnya ternyata bersikap Apatis (tidak mau tahu) dan hedonis (masa bodo atau mementingkan diri sendiri). Tuntutan zaman yang semakin kompleks membuat mahasiswa lupa akan lingkungannya sehingga romantisme itu semakin melakat pada diri mahasiswa yang hari ini bisa di katakan generasi menunduk (apatis), salah satu yang mempunyai efek besar terhadap pola kehidupan mahasiswa yang cenderung apatis adalah gedget, banyak sekali gedget degunakan tidak secara cerdas sehingga implikasinya adalah terhadap lingkungan sosialnya.
Daya kritis pada dasarnya potensi hasil perpaduan antara semangat juang, mentalitas dan intelektualitas. Hal tersebut tidak bisa didapatkan hanya diruang kelas semata dan tidak akan pernah lahir dari gelimang kenyamanan, melainkan terbentuk melalui tempaan dan pengalaman keperihatinan. Kalau kita melihat kembali kebelakang di era sebelum reformasi, mahasiswa bisa dikatakan generasi keringat yang haus akan perjuangan, akan tetapi kita melihat mahasiswa saat ini bisa dikatakan generasi gedget, hadirnya teknologi informasi membuat dirinya lupa akan orang disekelilingnya semua yang dikerjakan serba praktis dan lebih di sibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Sadar atau tidak mahasiswa yang katanya disebut agent of change sudah menghilang dari lebel tersebut artinya mahasiswa lebih senang pada tindakan-tindakan yang kurang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat seperti halnya duduk-duduk manis di pusat perbelanjaan atau di tempat nongkrong modern yang gemerlap dengan Gadget yang kerren yang kenyataannya jauh dari kesulitan kehidupan rakyat kecil. Disisi yang lain mahasiswa hari ini lebih senang membuat suatu kegiatan yang orientasinya pada kesenangan semata tanpa memikirkan side effec dari kegiatan tersebut bermula dari kegiatan yang hanya bersifat kesenangan itu timbullah rasa apatisme karena sudah memprerioritaskan kesenangan yang jauh dari maanfaat untuk orang lain. Sehingga apa yang menjadi cita-cita perguruan tinggi yang termaktub dalam tri dharma perguruan menjadi sebuah angan semata tidak bisa teraktualisasi dalam diri setiap mahasiswa. Padahal di dalam point ketiga tri dharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat, menurut undang-undang tentang pendidikan tinggi bahwa pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengabdian kepada masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan positif, salah satunya adalah bersosialisasi dengan masyarakat dan mampu berkontribusi nyata. Akan tetapi mahasiswa hari ini tidak mengetahuai porsi dan tugasnya mahasiswa. Prestasi bagi mereka adalah ketika berhasil membuat ivent besar dan mendatangkan artis papan atas. Kalau begitu apa bedanya mahasiswa dengan event organizer (EO)?
Permasalahan tersebut tidak hanya sampai di situ, di tambah dengan sikap apatis dan hedonis mahasiswa dalam melihat kondisi sekitarnya secara fakta dan realita yang semuanya menyangkut pada masa depan bangsa, sungguh ironis, ketika kepekaan dan sikap kritis yang seharusnya tertanam dalam diri mahasiwa sudah terkikis yang di karenakan sikap apatisnya. Seharusnya kepekaan dan sikap kritis tersebut dijadikan life style, Mind styl dan paradigma idealis para mahasiswa dalam berfikir, akan tetapi realitanya hari ini mahasiswa seakan-akan lupa dengan hal itu bahkan di tinggalkan.
Situasi tersebut menjadikan masalah tersendiri sebagai manusia yang mengemban amanah sebagai mahasiswa yang jiwa reformis dan revolusionernya seakan-akan hari ini menghilang dalam sanubari hati nurani mahasiswa yang akan menjadi cadangan di masa depan bangsa (Iron stock) baik berupa ide, gagasan dan konsep pemikirannya. Hal tersebut tidak bisa kita pungkiri, kebaradaan mahasiswa yang selalu mengatasnamakan modernitas dan life style seakan-akan bisa menyempurnakan sikap dan kondisi mahasiswa saat ini yaitu Apatis dan Hedonis yang orientasinya kepada sifat egoistik, mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan keadaan yang ada, kondisi disekitarnya dan lain-lain. Itulah sifat dan sikap yang terlihat dalam diri mahasiswa hari ini.
Tentunya dari permasalahan apatis dan hedonisnya mahasiswa hari ini kampus atau perguruan tinggi mempunyai peran yang signifikan di dalamnya. karena ketika hari ini kampus seringkali mendoktrin mahasiswa dalam mengaplikasikan keilmuannya hanya untuk orientas masa depan dan kekayaan. artinya memposisikan ilmu yang didapat dikampus hanya untuk kesejahteraan diri sendiri, tanpa mengetahui manfaat dan cara mengaplikasikan ilmu tersebut kepada masyarakat, tentunya hal itulah yang bisa menjadikan mahasiswa apatis.
Tentunyanya mahasiswa harus menggunakan Gadget lebih positif sesuai dengan porsi dan fungsinya agar tidak menjadi generasi menunduk yang tidak peka terhadap lingkungan sosialnya. Artinya dalam penggunaan tersebut harus mempunyai aturan yang dibuat agar lebih kepada menghargai orang di sekitar.
ADS HERE !!!